Pesan
Makrifat Nabi khidir
Pesan
Makrifat Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa, dia (Musa) berkata, “Berilah
aku wasiat”. Jawab Nabi Khidir : Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna
bagi orang lain, Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya
menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Jadilah
kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai
mengerutkan dahimu kepada mereka. Janganlah kamu keras kepala atau bekerja
tanpa tujuan. Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja,
kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imron! (Al Bidayah Wan Nihayah juz I
hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).
1.
“Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang lain.
Sebaik-baiknya
manusia yang berguna bagi orang lain karena keberadaannya sangat dibutuhkan dan
andaikata dia pergi, mereka merasa kehilangan sehingga yang akan dijadikan
panutan tidak ada, dan sebagai penggantinya yang setaraf pun tidak ada.
2.
Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan
diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Kerukunan dan ketentraman
lingkungan didambakan disetiap warga. Dan apabila ada seseorang yang membuat
resah masyarakat yang menimbulkan kecemasan mereka, kepergiannya tidak akan
dinantikan kedatangannya lagi. Dengan kepergiannya, masyarakat merasa tentram,
keberadaannya disetiap yang ditempati selalu dibenci dan bahkan diusir.
3. Jadilah kamu orang yang senantiasa
menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka.
Muka cemberut dan kusam menunjukkan wajah atau hati sedih dan kurang senang
pada keadaan. Terimalah apa adanya dengan senang hati, jalani saja kehidupan
ini dengan ketabahan dan sabar, walaupun pahit dirasa. Kejadian apapun yang
kita alami, pasti Allah akan memberikan hikmah dan pelajaran dibaliknya. Dengan
demikian kesedihan pun sirna dengan sendirinya, dan wajah kelihatan
berseri-seri tampaklah muka ceria.
4. Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja
tanpa tujuan. Keras kepala adalah sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh,
karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik lainnya, kalau sifat keras kepala
masih mendominasi pada diri yang akibatnya dapat merugikan diri sendiri bekerja
pun tak terarah dan sia-sia.
5. Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena
kekeliruannya saja. Kemudian tangisi dosa-dosamu.
Menyalahkan
orang lain atau mencela tidak diperbolehkan oleh Nabi Khidir karena beliau
berlandaskan firman Allah dalam surat Al Insyiqaq ayat 19 : “Sesungguhnya kamu
melalui tingkat demi tingkat (dalam kejadiannya)”.
Manusia
diciptakan oleh Allah tingkat demi tingkat, salah satunya tingkat pemahaman
belum berubah atau berbeda sebab yang dicela tingkat pemahamannya dibawah yang
mencela, logislah yang mencela atau menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas 3
kok disalahkan oleh orang kelas 5. Seharusnya
kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang benar,
segeralah mohon ampun kepada Allah dan jangan diulangi lagi.
Pesan
ke Dua.
Diriwayatkan
bahwa setelah Khidir akan meninggalkan Nabi Musa, dia (Khidir) berpesan
kepadanya : Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu dapat
mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan
ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu
Asakir).
Faham
sesuatu ilmu bukan untuk modal berdebat, menonjolkan sesuatu faham yang
berseberangan dan faham yang baru selesai dipelajarinya itu adalah yang paling
benar sehingga bangga atas golongannya itu dan mengajak adu argument bahwa
dialah yang paling benar sendiri, ini tidak dibenarkan sebab berdebat itu tidak
diperbolehkan sebagaimana surat Al Baqarah ayat 139 :
“Katakanlah,
apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan
kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya
kepada Nya kami mengikhlaskan hati”.
Berseberangan
faham yang sudah diyakini tidaklah perlu diusik satu sama lain karena
masing-masing sudah kokoh dalam keyakinannya hanya saja ajakan orang-orang yang
masih ngambang atau yang belum iman.
Pesan
ke tiga.
1. Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu
memberi nasehat itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang
mendengarkan.
Memberi
nasehat kepada orang lain janganlah mengharapkan sesuatu imbalan apapun kecuali
ridha Allah dan tugas menyampaikan. Tugas menyampaikan dan mensyiarkan agama
Allah adalah tugas setiap umat muslim, firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 32
mengatakan :
“Demikianlah
(perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka
sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”.
Dan
kita sendiri jangan merasa bosan-bosan untuk menengarkan para penceramah itu
termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada setiap muslim, walaupun ilmunya
banyak.
2. Maka janganlah kamu berlama-lama dalam
menasehati kaummu.
Berilah
nasehat singkat, padat, berisi dan yang penting tidak membosankan.
3. Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat
sebuah bejana yang harus kamu rawat dan pelihara dari hal-hal yang bisa
memecahkannya.
Iman
didalam hati belum tentu sudah kokoh tanpa djaga dan dirawat dan dipelihara
karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak ke
arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu waspadalah dalam menjaga hati
jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan syaitan yang cara penyusupan
penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu hati sudah terkena pengaruh hawa nafsu
pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam menjaganya.
4. Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan
buanglah jauh-jauh dibelakangmu, karena dunia ini bukanlah alam yang akan kamu
tempati selamanya.
Dunia
yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita tempati dan setelah selesai hidup
kitapun pindah di alam lain, maka kumpulkan amal kebajikan untuk modal menuai
di akhirat nanti. Jangan buang-buang tempo, tanamlah amalmu untuk menggapai
kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak ditanami amal kebajikan apa yang
diambil disana kita akan rugi di dunia dan di akhirat. Waktu kita di dunia
hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana keterangan surat An Naziyat ayat 46 :
“Pada
hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tidak
tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu sore atau di pagi hari”.
5.
Kamu diciptakan adalah untuk mencari
tabungan pahala-pahala akhirat nanti.
Semua
makhluk yang bernama manusia beramar ma’ruf nahi munkar. Mengerjakan amal yang
baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal yang munkar untuk diri sendiri
dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani hal yang munkar yang dilarang.
6. Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati
menghadapi kemaksiatan yang dilakukan kaummu.
Sabar
dalam menghadapi kemaksiatan dilingkungannya, ini bukan berarti diam tetapi
sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan dengan perbuatan yang
baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari solusinya dan jalan
keluar yang baik.
7. Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan
(ilmu) mu, karena tempat yang kosong akan terisi oleh ilmu yang lain.
Kewajiban
manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada orang lain yang membutuhkan,
bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu habis tetapi malah sebaliknya
justru bertambah banyak. Apa sebabnya?. Karena, ilmu yang kita berikan kepada
orang lain dengan ikhlas dan ridha, Allah pun ridha menambah ilmu Nya kepada
orang tersebut.
8. Janganlah kamu banyak mengomongkan ilmumu
itu, karena akan dipisahkan oleh kaum ulama’.
Membicarakan
ilmu yang sudah dicapai dengan predikat ilmu mukasyafah dengan orang yang
diluar kelompoknya yang masih dibawah jauh dari ilmu yang dicapai, maka akan
terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi orang lain. Pendapat mengenai hal
ini, Imam Al Ghozali mengatakan, Pengetahuan-pengetahuan yang begini yang hanya
boleh dikemukakan melalui isyarat, tidak diperkenankan untuk diketahui setiap
manusia. Begitulah halnya dengan orang yang berpengetahuan tersebut tersingkap
padanya, dia tidak boleh mengungkapkannya kepada orang yang pengetahuan
tersebut tidak tersingkap atasnya. (Sufi dari Z.Z. hal. 181).
9. Maka bersikaplah sederhana saja, sebab
sederhana itu akan menghalangi aibmu dan akan membukakan taufiq hidayah Allah
untukmu.
Menjalani
kehidupan dengan kesederhanaan ini berartisudah meninggalkan kehidupan
keterikatan dengan keduniawian. Banyak tokoh-tokoh Sufi yang tadinya hidup
dalam kemewahan ditinggalkannya untuk hidup dalam kesederhanaan. Dengan hidup
sederhana hatinya tidak disibukkan dengan harta. Ibadah kepada Allah lebih
tenang dan khusu’, dalam pendekatannya kepada Allah serasa tak mengalami
kesulitan.
10.
Berantaslah kejahilanmu dengan cara membuang sikap masa bodohmu (ketidak
pedulian) yang selama ini menyelimutimu.
Menahan
dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik bukan main susahnya kalau tidak
dilandasi dengan dzikir kolbu, sebab dzikir kalbu dapat mengikis sifat-sifat
yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri. Dengan dzikrullah yang
dikerjakan di kalbu, disamping menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik,
sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah ketenangan dan
ketentraman hati.
11.
Itulah sifat orang-orang arif dan bijaksana, menjadi rahmat bagi semua.
Orang-orang arif identik dengan orang-orang Sufi, orang-orang Sufi kebanyakan
adalah para wali Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang.
12.
Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu, redamlah ia dengan penuh
kedewasaan serta keteguhan hatimu. Meredam kemarahan orang yang memarahi di
awali melatih penahanan hawa nafsu dan meredam keinginan hawa nafsu yang ingin
bergolak. Setelah mampu meredam hawa nafsu, meredam amarah orang lain dengan
kelembutan sifat dan keteguhan hati.
13.
Hai putra Imron, kamu sadari bahwa ilmu Allah yang kamu miliki hanya sedikit.
Ilmu yang dipunyai manusia itu hanya sedikit, itupun Allah lah yang memberinya
sedangkan ilmu yang Allah miliki tak terhingga sebagaimana di surat Luqman 27:
“Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta),
ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak
akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa
lagi Maha Bijaksana”.
14.
Sesungguhnya menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirimu atau bersikap
sewenang-wenang adalah menyiksa diri sendiri. Menutupi kekurangan diri sendiri
juga sama dengan menutup diri yang tidak mau menerima dari luar diri. Akhirnya
kebodohan yang didapatkan sebaiknya sifat terbuka atau keterbukaan dari segala
hal akan terbukalah hal-hal yang tersembunyi. Termasuk dapat terbukanya ilmu
Allah maka jangan tutupi dirimu, terbukalah.
15.
Janganlah kamu buka ilmu ini jika kamu tidak bisa menguncinya. Jangan pula kamu
kunci pintu ilmu ini jika tidak tahu bagaimana membukanya, hai putra Imron.
Membuka ilmu adalah tugas seorang guru, mursyid, atau pembimbing. Jadi beliau
sudah mampu membuka dan menutup ilmu. Kenapa ilmu yang sudah dijalani oleh
seorang murid ditutup?, disebabkan si murid ada kesalahan besar yang sudah
tidak dapat diajak memperbaiki untuk meluruskan pelajaran ilmunya. Makanya
harus ditutup, supaya dibelakang hari tidak ada permasalahan yang lebih besar
lagi. Kalau tidak tahu cara menutup ilmu, jangan sekali-kali membukanya walau
tahu cara membuka ilmu tersebut, sebab kalau nanti ada konflik dikemudian hari
tidak akan merepotkan. Bisa saja ilmu yang baik ini diselewengkan.
16.
Barang siapa yang menumpuk-numpuk harta benda, dia sendiri bakal mati tertimbun
dengannya hingga dia merasakan akibat dari kerakusannya itu. Sebagaimana kisah
kerakusannya Korun, dia seorang yang tamak terhadap harta tidak dipergunakan
untuk perjuangan agama Allah, sehingga dia tertimbun hartanya.
17.
Namun, semua hamba yang selalu mensyukuri karunia Allah serta memohon kesabaran
atas ketentuan-ketentuan Nya, dialah hamba yang zuhud dan patut diteladani.
Orang-orang
yang pandai mensyukuri nikmat Allah dan jangan dlolim atas nikmat pemberian
Nya. Andai kata kita tidak mau mensyukuri nikmat atas pemberian dari Nya, Allah
pun murka sebagaimana diterangkan dalam surat Ibrahim ayat 34 : “Dan Dia telah
memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu pohonkan kepada Nya.
Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakannya.
Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”.
Juga sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim mengatakan : “Dari Abi
Yahya Shuhaib bin Sinan ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw. sangat
mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik
dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin, jika mendapat
nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila menderita
kesusahan ia bersabar, maka sabar itu lebih baik baginya”.
Dengan
meninggikan sifat sabar serta mau menerima ketentuan-ketentuan yang baik
bersyukur atas nikmat dari Nya, dan menerima ketentuan yang jelek diterimanya
dengan ikhlas yang didasari dengan kesabaran, dan mohon pertolongan Nya.
18.
Bukankah orang yang seperti itu mampu mengalahkan nafsu syahwatnya dan dapat
memerangi bujuk rayu syaitan? Syaitan membujuk manusia sejak Nabi Adam as.
diciptakan di surga, dia iri dengan Nabi Adam karena Nabi Adam diciptakan lebih
sempurna dari dia, bahkan dia (iblis) disuruh bersujud kepada Nabi Adam tidak
mau sebab menurut dia, dia lebih dahulu dan lebih tinggi dari Nabi Adam sa. karena
dia tercipta dari api. Dengan tidak maunya iblis bersujud kepada Nabi Adam,
diusirlah dia oleh Allah dari surga, dan disuruh menempati neraka selamanya.
Iblis mau menerima itu tapi dia masih meminta tangguh dan dalam penangguhan itu
meminta lagi untuk menggoda anak cucu Nabi Adam as. Dan hanya yang ikhlaslah
iblis tidak dapat menggoda, sebagaimana firman Allah di surat Al Hijr ayat 30 –
42 : 30.
Maka
bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. 31. Kecuali iblis, ia
enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu. 32. Allah berfirman :
Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut bersujud) bersama-sama mereka yang
bersujud itu? 33. Berkata iblis : Aku sekali-kali akan sujud kepada manusia
yang Engkau telah menciptaka dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur
hitam yang diberi bentuk. 34. Allah berfirman : Keluarlah dari surga, karena
sesungguhnya kamu terkutuk. 35. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu
sampai hari kiamat. 36. Berkata iblis : Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri
tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. 37. Allah berfirman :
(kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh.
38. Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. 39. Iblis berkata : Ya
Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan
menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku
akan menyesatkan mereka. 40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara
mereka. 41. Allah berfirman : Inilah jalan yang lurus, kewajiban Aku lah
(menjaganya). 42. Sesungguhnya hamba-hamba Ku tidak ada kuasa kekuasaan bagimu
terhadap mereka kecuali orang-orang yang mengikuti kamu yaitu orang-orang yang
sesat.
19.
Dan Dia pula orang yang mengetam buah dari ilmu yang selama ini dicarinya.
Sabda Rasulullah saw. dari Abu Darda ra. mengatakan : Barang siapa yang melalui
suatu jalan untuk menuntut ilmu Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.
Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya untuk menaungi orang-orang yang menuntut
ilmu, karena senang dengan apa yang mereka lakukan. Dan bagi orang-orang yang
alim, dimintakan ampun untuknya oleh penduduk langit dan bumi serta oleh
ikan-ikan yang ada di air. Dan keutamaan orang alim terhadap ahli ibadah (yang
tidak memiliki ilmu) adalah bagaikan kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang
lainnya. Dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya
para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (kekayaan dunia), akan tetapi
mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu itu, berarti ia
telah mengambil bagian yang sempurna. (HR. Dawud Tirmidzi). (Pesan-Pesan
Rasulullah hal. 167- 168).
20.
Segala amal kebajikannya akan dibalas dengan pahala di akhirat. Sekecil apapun
amal kebajikan yang kita kerjakan di dunia, Allah akan membalasnya karena di
dunia ini kita diwajibkan menanam amal sebanyak-banyaknya, surat Az Zalzalah
ayat 7 menerangkan : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah
pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”.
21.
Sedangkan kehidupan dunianya akan tentram ditengah-tengah masyarakar yang
merasakan jasanya. Jasa seorang pahlawan dikenang sepanjang masa oleh takyat..
22.Hai
Musa, pelajarilah olehmu ilmu-ilmu pengetahuan agar kamu dapat mengetahui
segala yang belum kamu ketahui, misalnya masalah-masalah yang tidak bisa
diomongkan atau dijadikan bahan pembicaraan saja. Ilmu yang tidak bisa
diomongkan itu ada beberapa macam antara lain penyampaiannya memakai bahasa
isyarat, bahasa gerak, bahasa perlambang, bahasa kias, dan bahasa simbolis. Ada
juga yang memakai bahasa kalbu, ada lagi cara penyampaiannya lewat mimpi dan
yang setengah sadar. Menerima pelajaran seperti itu semua memang tidak bisa
diomongkan kepada orang yang belum bisa memahaminya. Mempelajari ilmu yang
seperti itu dimulai dengan dzikir kalbu dan menghidupkan perasaan antara lain,
perasaan lahiriyah / fisik, perasaan akal / otak, perasaan kalbu / hati, serta
menghidupkan perasaan indra-indra dhohiriyah maupun indra-indra batiniyah.
23.
Itulah penuntun jalanmu dan orang-orang akan disejukkan oleh hatimu.
Menjadi
seorang penuntun yang diawali dari dituntun oleh seorang yang sudah ahlinya.
Karena kita ini ditunggu oleh mereka maka persiapkan dirimu untuk mereka. Sebab
keberadaan sang penuntun ditengah-tengah mereka hatinya merasa tentram.
24.
Hai Musa putra Imron, jadikanlah pakaianmu bersumber dari dzikir dan fakir
serta perbanyaklah amal kebajikan.
Pakaian
taqwa adalah yang paling baik untuk dipakai, dzikir adalah sarana pokok dalam
kekokohan taqwa, buahnya dzikir itu bertafakkur. Ketafakkuran menghasilkan
perenungan yang di amalkan dalam keseharian berbakti kepada Allah swt.
25.
Suatu hari kamu tidak dapat mengelak dari kesalahan, maka pintalah ridha Allah
dengan berbuat kebajikan, karena pada saat-saat tertentu akalmu pasti melanggar
larangan Nya.
26.
Sekarang telah kupenuhi kehendakmu untuk memberi pesan-pesan kepadamu.
27.
Omonganku ini tidak akan sia-sia apabila kamu mau menurutinya.
Setelah
itu Khidir meninggalkan Nabi Musa yang duduk termenung dalam tangis kesedihan.
(Kisah Khidir dan 9 Tokoh Sufi oleh ABU KHALID MA. Pustaka Agung Surabaya).
Andaikata
kita baca sekali lagi pesan-pesan Nabi Khidir, akan ditujukan kepada diri kita
sendiri apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan terhadap pesan-pesan
itu. sengaja pesan-pesan itu diberi nomor dari kalimat per kalimat supaya mudah
untuk menjelaskan dari pesan-pesan itu.
Dibutuhkan
waktu dan penelaahan yang serius serta memakai kaca mata batin yang paling
dalam serta pemahaman tersendiri untuk
dapat melaksanakan pesan-pesan Nabi Khidir as..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar