Kamis, 20 September 2012

Anatomi Filsafat


Karena subjeknya adalah sesuatu yang mendului konsep itu sendiri, yaitu wujud, maka filsafat tidak memerlukan prinsip-prinsip konseptual, sedangkan definisi pokok-pokok masalah partikularnya tertera pada permulaan setiap pembahasan, sebagaimana biasanya terjadi dalam ilmu-ilmu lain.[1]

Sejak pertama kali Socrates menyebut dirinya sebagai filosof, istilah filsafat digunakan sebagai lawan dari sophistry (ke-sophis-an atau kerancuan berpikir), dan memuat seluruh ilmu hakiki seperti fisika, kimia, kedokteran, astronomi, matematika dan teologi. Sampai sekarang, dalam banyak perpustakaan terkenal dunia, buku-buku fisika dan kimia masih dikelompokkan dalam kategori filsafat. Haya bidang-bidang berdasarkan kesepakatan seperti bidang kosakata, tata kalimat dan tata bahasa yang berada di luar wilayah filsafat.

Atas dasar itu, Muhammad Taqî Misbâh Yazdî lebih memilih pola pembagian Yunani ketimbang pola pembgain modern, dengan menjadikan filsafat sebagai kata umum untuk seluruh ilmu hakiki, yang dibagi menjadi dua kelompok umum: ilmu-ilmu teoretis dan praktis. Ilmu-ilmu teoretis meliputi ilmu-ilmu alam, matematika dan teologi.

Ilmu-ilmu alam pada gilirannya meliputi kosmologi, mineralogi, botani dan zoologi; matematika meliputi aritmetika, geometri, astronomi dan musik. Teologi dibagi menjadi dua kelompok: metafisika atau perbincangan umum seputar wujud; dan teologi ketuhanan. Ilmu-ilmu praktis bercabang tiga: moralitas atau akhlak; ekonomi.[2]

Karena perbedaan makna yang disebutkan tentang ilmu dan filsafat, hubungan di antaranya juga menjadi berbeda sesuai dengan makna yang digunakan. Jika “ilmu” dipakai untuk arti kesadaran secara tak terikat, atau jika ia dipakai untuk arti kumpulan proposisi yang saling berkaitan, maka ia artinya jadi lebih umum daripada filsafat. Soalnya, ia mencakup proposisi-proposisi partikular dan ilmu-ilmu konvensional. Jika ilmu dipakai untuk arti proposisi-proposisi universal hakiki, ia menjadi setara dengan filsafat dalam arti kuno. Jika dipakai untuk arti proposisi-proposisi empiris, ia menjadi lebih sempit daripada filsafat dalam arti kuno dan bertentangan dengan filsafat dalam arti modern. Demikian pula, metafisika merupakan bagian filsafat dalam arti kuno dan setara dengann filsafat dalam salah satu makna modernnya.

Pertentangan filsafat dan ilmu dalam arti modern, seperti diketengahkan oleh para positivis, tidak lain bertujuan untuk merendahkan nilai filsafat dan mengingkari kedudukan akal dan nilai pemahaman intelektual. Anggapan itu jelas-jelas tidak benar. Saat mengupas epistemologi, saya akan menerangkan bahwa nilai pemahaman intelektual bukan saja tidak kurang dibandingkan dengan pengetahuan indrawi dan hasil pengalaman (experiential), melainkan lebih tinggi daripada keduanya. Bahkan, nilai pengetahuan hasil pengalaman bermuara pada nilai pemahaman intelektual dan proposisi-proposisi filosofis.

Atas dasar itu, penyempitan makna ilmu pada pengetahuan empiris dan filsafat pada sesuatu yang non-empiris bisa diterima kalau cuma sebatas perkara terminologi, tapi perbedaan kedua istilah itu tidak untuk mencitrakan soal-soal filsafat dan metafisika sebagai persangkaan kosong. Demikian pula, label “ilmiah” tidak memberikan keunggulan pada suatu kecenderungan filosofis. Label itu laksana tambalan yang tidak pas pada filsafat, sehingga hanya akan menandakan kebodohan dan upaya demagogis pemasangnya.

Klaim bahwa prinsip-prinsip filsafat seperti materialisme dialektika berasal dari hukum-hukum empiris adalah keliru, lantaran tiada hukum-hukum suatu ilmu (empiris) yang dapat digeneralisasikan pada ilmu lain, apalagi pada seluruh eksistensi. Misalnya, hukum-hukum psikologi dan biologi tidak dapat digeneralisasikan pada fisika atau kimia atau matematika dan demikian pula sebaliknya. Hukum-hukum suatu ilmu tidak berarti apa-apa di luar bidangnya sendiri.[3]

Dari penjelasan diatas, Muhammad Taqî Misbâh Yazdî mengajukan alasan pemilahan ilmu. Menurutnya, masalah-masalah yang bisa dikenali merupakan spektrum yang luas. Dalam spektrum itu, sebagian masalah saling berhubungan erat, sedang sebagian lainnya tidak. Pada sisi lain, pemahaman satu jenis pengetahuan bergantung pada pemahaman lainnya, atau paling tidak pemahanan satu jenis pengetahuan membantu pemahaman lainnya, sementara hubungan ini tidak terwujud pada jenis-jenis pengetahuan lainnya.

Menurutnya, karena adanya fakta bahwa memperoleh seluruh pengetahuan mustahil bagi seseorang, dan kalaupun mungkin, tidak semua tergerak untuk itu, sejak dahulu para pengajar memutuskan untuk secara jitu mengklasifikasi topik-topik yang bertalian, kemudian menentukan pelbagai tipe ilmu dan pengetahuan. Beragam ilmu dikategorikan dan kebutuhan atas masing-masingnya dijabarkan, dan akibtanya prioritas masing-masing tertandaskan. Dengan begitu, pertama, seorang yang berbakat dan berselera tertentu bisa menemukan apa yang dicarinya dari tumpukan masalah tak berbilang dan jalan untuk mencapai tujuannya. Kedua, orang yang hendak mengenal bidang pengetahuan lain bisa mengetahui titik memulai dan mempermudah jalan untuk memperoleh bidang pengetahuan lain itu.

Oleh sebab itu, ilmu-ilmu dipilah-pilah ke dalam beberapa bagian. Tiap-tiap bagian, pada gilirannya, diletakkan pada kategori dan tingkat tertentu. Secara umum, ilmu dibagi menjadi teoretis dan praktis. Ilmu-ilmu teoretis dipecah menjadi ilmu-ilmu alam, matematika dan ketuhanan, sedang ilmu-ilmu praktis dipecah menjadi etika, ekonomi rumah tangga dan politik¾sebagaimana disebutkan sebelumnya.

Setelah menjelaskan pendapatnya tentang kemestian klasifikasi ilmu, Muhammad Taqî Misbâh Yazdî membahas tolok ukur dan dasar klasifikasinya. Menurutnya, ilmu dapat diklasifikasi sesuai dengan beragam standar, di antara yang terpenting adalah sebagai berikut.

Menurut metode dan prosedur penelitian. Sebelumnya telah kita jelaskan bahwa semua soal tidak bisa dikaji dan diteliti dengan satu metode. Lantas, kita jelaskan bahwa berdasar metode umum penyelidikannya, semua ilmu dapat dipecah menjadi tiga kelompok:

1. Ilmu-ilmu rasional, yang diselidiki lewat bukti-bukti rasional dan penyimpulan mental belaka, seperti logika dan filsafat ketuhanan;

2. Ilmu-ilmu empiris, yang diverifikasi lewat metode-metode empiris, seperti fisika, kimia dan biologi.

3. Ilmu-ilmu nukilan (narrative sciences), yang ditilik lewat dokumentasi naratif atau historis, seperti sejarah, biografi (‘ilm al-rijâl) dan fiqh.

Menurut tujuan dan sasaran. Tolok-ukur lain untuk mengelompokkan ilmu ialah berdasarkan pelbagai manfaat dan akibatnya. Inilah matalamat dan sasaran yang dituju oleh mereka yang hendak mempelajarinya, semisal tujuan-tujuan material, spiritual, individual dan sosial dari ilmu bersangkutan. Jelas bahwa orang yang hendak mencari jalan penyempurnaan spiritual harus mempelajari berbagai hal yang tidak dibutuhkan oleh seorang yang ingin menjadi hartawan dengan bertani dan berindustri. Begitu pula seorang pemimpin masyarakat membutuhkan jenis pengetahuan yang khusus. Karenanya, ilmu-ilmu manusia juga bisa diklasifikasi sesuai dengan tujuan-tujuan tersebut.

Menurut pokok soal (subject matter). Mengingat bahwa semua masalah mempunyai pokok soal dan sejumlah soal bisa dihimpun dalam satu topik induk, maka topik induk inilah yang berperan sebagai poros bagi semua masalah yang di bawahnya, seperti angka adalah pokok masalah aritmetika, volume (kuantitas-kuantitas berSinambung) adalah pokok masalah geometri dan tubuh manusia adalah pokok masalah ilmu kedokteran.

Klasifikasi ilmu berdasarkan pokok-pokok masalah kiranya lebih menjamin tercapainya tujuan pemilahan ilmu, lantaran dengan metode ini kaitan-kaitan internal dalam tatanan dan susunan mereka tetap terpelihara. Oleh sebab itu, sejah dahulu para filosof besar menggunakan metode ini dalam klasifikasi ilmu. Tetapi, dalam pen-subdivisi-an kita dapat mempertimbangan metode-metode lain. Umpamanya, seorang bisa menetapkan suatu ilmu bernama teologi, yang pokok masalahnya berkisat tentang Tuhan Mahabesar. Lalu, ilmu ini sendiri dapat disubdivisikan ke dalam teologi filosofis, gnostis dan religius, yang masing-masingnya dapat diselidiki dengan prosedur yang khas. Dalam kenyataannya, tolok-ukur subdivisi ini ialah metode penelitiannya. Dengan cara sama, pokok masalah matematika bisa dibagi menjadi beberapa cabang berdasarkan tujuan spesifiknya masing-masing, seperti matematika fisika dan matematika ekonomi.

Selanjutnya, Muhammad Taqî Misbâh Yazdî menjelaskan tujuan studi filsafat. Menurutnya, tujuan jangka pendek dan langsung semua ilmu adalah menyadarkan manusia terhadap pelbagai masalah yang terungkap dalam ilmu tersebut, serta memuaskan dahaga kodratinya untuk memahami kebenaran. Pasalnya, salah satu naluri paling mendasar manusia adalah mencari kebenaran atau keingintahuan yang tak berhingga dan tak terpuaskan. Pemuasan relatif atas naluri ini akan memenuhi salah satu kebutuhan jiwa. Walaupun tidak semua individu memilikinya dalam tingkat yang sangat aktif dan penuh gelora, namun naluri ini tidak pernah sepenuhnya lenyap dari diri manusia.[4]

Pada galibnya, setiap ilmu mempunyai pelbagai manfaat dan dampak tidak langsung serta bertindak sebagai medium kehidupan material dan spiritual manusia. Umpamanya, ilmu-ilmu alam lebih memudahkan proses pemanfaatan alam dan meningkatkan kesejahteraan fisik manusia, serta terpaut dengan kehidupan alami dan hewani manusia melalui satu sarana. Matematika memiliki dua medium untuk mencapai tujuan-tujuan di atas—kendati dengan cara lain, dapat pula mempengaruhi kehidupan spiritual dan dimensi maknawi manusia. Khususnya, saat matematika berkelindan dengan isu-isu filsafat, ketuhanan, dan penghayatan gnotis (‘irfâniyyah) hati, serta membeberkan gejala-gejala alam sebagai imbas keteraturan, keagungan, kebijaksanaan, dan kasih sayang (luthf) ilahi.[5]

Hubungan dimensi-dimensi spiritual dan maknawi manusia dengan ilmu-ilmu filsafat lebih dekat ketimbang hubungannya dengan ilmu-ilmu alam. Bahkan, ilmu-ilmu alam berhubungkan dengan dimensi maknawi manusia melalui perantaraan ilmu-ilmu filsafat. Hubungan tersebut paling tampak dalam teologi, psikologi filosofis, dan etika. Demikian itu karena filsafat ketuhanan (teologi) memperkenalkan seseorang kepada Tuhan, Sang Mahabesar, berikut sifat-sifat keindahan dan keagungan-Nya, seraya mempersiapkan manusia untuk berhubungan dengan sumber pengetahuan, kekuasaan, dan keindahan tak berhingga.

Psikologi filosofis, menurut Muhammad Taqî Misbâh Yazdî, memudahkan manusia untuk mengenali ruh berikut sifat-sifat dan ciri-cirinya serta menggugah kesadaran terhadap substansi (jawhar) kemanusiaan. Ia memperluas cakrawala seputar hakikat diri manusia, seraya mengajaknya melampaui alam fisik berdimensi spasio-temporal (ruang-waktu). Selain pula memasok pemahaman bahwa hidup manusia tidaklah terbatas dan terkungkung dalam bingkai kehidupan duniawi dan material yang serba sempit dan gelap. Etika dan akhlak menjabarkan pola-pola menyucikan dan menghiasi kalbu serta menggapai kebahagiaan abadi dan kesempurnaan puncak.[6]

Dalam upaya mencecap semua pengetahuan tak terhingga itu, Muhammad Taqî Misbâh Yazdî menyarankan sejumlah masalah dalam epistemologi dan ontologi mestilah dipecahkan terlebih dahulu. Karena itu, menurutnya, filsafat pertama merupakan kunci perbendaharaan tak terhingga dan tak tertandingi yang menjajakan kebahagian dan keuntungan abadi itu. Itulah akar yang diberkahi dari “pohon yang baik”.

Selain itu, filsafat juga membantu manusia menghalau godaan was-was setan dan menampik gelenyar materialisme dan ateisme; menjaganya dari penyimpangan berpikir dan ragam jerat yang memerangkap; melindunginya dengan senjata pamungkas di arena adu gagasan dan membuatnya mampu membela pandangan-pandangan dan aliran-aliran yang benar, sekaligus menyerbu dan membidas pandangan-padangan dan aliran-aliran keliru, palsu, dan tidak sehat.[7]

Selain dengan unik berperan positif dan konstruktif, filsafat, menurut Muhammad Taqî Misbâh Yazdî juga punya peran tak tertandingi dalam hal pertahanan dan serangan. Pengaruhnya sungguh kuat dalam konteks penyebaran budaya Islam serta penggusuran budaya-budaya lawan.

Dari penjelasannya tentang subjek dan tujuan filsafat, penulis menyimpulkan bahwa Muhammad Taqî Misbâh Yazdî berpandangan bahwa filsafat yang terutama adalah ontologi, dan yang terutama dalam ontologi adalah teologi, dan bahwa tujuan ultimumnya adalah pengenalan terhadap Kausa Prima, Tuhan.

Menurut penulis, sebagaimana pada kritik atas penentuan Muhammad Taqî Misbâh terhadap subjek dan pengertian filsafat dan subjek ontologi yang menyisakan tanda tanya, klarifikasi Muhammad Taqî Misbâh tentang isytirak lafzhi dan isytirak ma’nawi kata ‘wujud’ merupakan indikasi nyata ketidadisiplinan para filosof Muslim pada umumnya dalam menggunakan terminologi. Sedemikian rancu dan menimbulkan penafsiran ganda pengertian di balik kata “wujud” sehingga Muhammad Taqî Misbâh perlu membahas masalah ini secara panjang lebar.

Harus diakui, langkah dan inisiatif ini sangat berguna, namun pada saat yang sama, ini memberikan kesan bahwa sebagian polemik dalam literatur filsafat Islam boleh jadi diakibatkan oleh sengketa etimologis dan hermuentik, bukan filosofis.

Filsafat Umum


FILSAFAT UMUM

BAB 1 Pengantar Filsafat

                Kata filsafat berasal dari kata Yunani philosophis yang berasal dari kata kerja philein (mencintai) atau philia (cinta) dan kata Sophia (kearifan). Dari kata tersebut lahirlah philosophy dalam bahasa Inggris yang artinya “cinta kearifan”. Konsep filsafat yang dikemukakan oleh para filosof berbeda-beda. Misalnya, (a) Plato, ia memberikan istilah dialektika yang berarti seni berdikusi, hal ini karena filsafat harus berupaya memberikan kritik terhadap berbagai pendapat yang berlaku; (b) Cicero, ia menyebutnya the mother of all the arts dan sebagai arts vitae (filsafat sebagai seni kehidupan); (c) al-Farabi, ia menyebutnya al-ilmu bil maujudat bi ma hiya al-maujudat (ilmu yang menyelidiki hakikat yang sebenarnya dari segala yang ada); (d) Rene Descartes, menurutnya, filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam, dan manusia menjadi pokok penyelidikannya; (e) Francis Bacon, ia menyebutnya induk agung dari ilmu-ilmu; (f) John Dewey, ia adalah tokoh pragmatisme yang berpendapat bahwa filsafat sebagai alat untuk membuat penyesuaian-penyesuaian di antara yang lama dan yang baru dalam suatu kenyataan.


            Pengertian filsafat yang multidimensi membawa pengaruh terhadap kedudukan filsafat dalam suatu bidang. Kedudukan filsafat dikatakan sebagai ilmu karena di dalam pengertiannya mengandung empat pertanyaan ilmiah, yaitu bagaimana (sifat yang dapat ditangkap indera), mengapa (asal mula objek), kemana (apa yang terjadi di masa lampau, sekarang, dan masa depan), dan apakah (hakikat atau inti dari suatu hal). Filsafat sebagai cara berpikir, yaitu berpikir secara mendalam, menyeluruh (global), dan dari berbagai sudut pandang. Persyaratan yang harus dipenuhi adalah : (1) sistematis, masing-masing unsur saling berkaitan secara teratur dan menyeluruh sehingga tersusun pola pengetahuan yang rasional; (2) konsepsional, berkaitan dengan ide dan gambaran yang melekat pada akal pikiran, yang berarti upaya untuk menyusun bagan yang jelas; (3) koheren, yaitu unsur-unsurnya tidak boleh saling bertentangan, harus runtut, dan memuat kebenaran logis; (4) rasional, unsur-unsurnya berhubungan secara logis, yaitu pemikiran filsafat harus diuraikan dalam bentuk kebenaran yang mempunyai kaidah-kaidah berpikir; (5) sinoptik, harus melihat hal-hal secara menyeluruh dan integral; (6) mengarah pada pandangan dunia, berupaya untuk memahami semua realitas kehidupan dan menerangkan semua hal yang ada di dalamnya. Filsafat diartikan sebagai pandangan hidup (weltsanschaung) karena pada hakikatnya bersumber pada kodrat manusia sebagai makhluk monodualisme (terdiri jiwa dan raga. Selanjutnya, pandangan hidup tersebut dijadikan dasar dalam tingkah laku kehidupan sehari-hari dan untuk menyelesaikan berbagai persoalan yang dihadapi.

Semua ilmu pengetahuan mempunyai objek material dan objek formal, termasuk filsafat. Yang dimaksud objek material adalah hal atau bahan yang diselidiki. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang yang digunakan dalam melihat objek tersebut. Objek materi filsafat adalah segala sesuatu yang ada, yaitu ada dalam kenyataan, pikiran, dan kemungkinan. Sedangkan objek formal filsafat adalah menyeluruh (tidak ada yang diluar jangkauan filsafat) secara umum.

            Suatu kegiatan atau problem dikatakan mencapai derajat pemikirian filsafat jika memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (1) umum atau universal, filsafat bersangkutan dengan konsep-konsep yang sifatnya umum; (2) tidak faktual (spekulatif), filsafat membuat dugaan yang masuk akal dengan tidak berdasar pada bukti, sehingga pemikiran filsafat tidak termasuk dalam lingkup kewenangan ilmu khusus; (3) bersangkutan dengan nilai, menurut C.J.Ducasse, filsafat merupakan usaha untuk mencari pengetahuan berupa fakta-fakta yang disebut penilaian dan filsafat sebagai suatu usaha untuk mempertahankan nilai; (4) berkaitan dengan arti, sesuatu yang bernilai maka di dalamnya penuh arti yang hal tersebut bisa diungkap oleh para filosof dengan menciptakan kalimat yang logis dan bahasa yang tepat; (5) implikatif (akibat logis), implikasi diharapkan dapat melahirkan pemikiran fbaru yang dinamis, sehingga menyuburkan intelektual.

            Ada beberpa pembagian atau cabang-cabang filsafat.  Untuk memahani filsafat secara baik, ada lima bidang pokok yang harus dipelajari, yaitu :
1.      Metafisika : membahasa sesuatu yang ada tentang prinsip yang universal, bersifat luar biasa, mendasar, menyajikan pandangan yang komprehensif, dll.
2.      Epistemologi : teori pengetahuan yang membicarakan mengenai sumber atau asal pengetahuan (origin), karakteristik atau penampilan (appearance), dan kebenaran pengetahuan (verification).
3.      Logika : mempelajari segenap asas, aturan, dan tata cara penalaran yang benar.
4.      Etika : filsafat perilaku yang membicarakan tindakan manusia mengenai baik dan buruk.
5.      Sejarah filsafat : laporan suatu peristiwa yang berkaitan dengan pemikiran filsafat.


Ilmu, filsafat dan agama mempunyai hubungan yang terkait dan reflektif dengan manusia. dikatakan terkait karena ketiganya tidak dapat bergerak jika tidak ada tenaga dari dalam diri manusia. Dikatakan reflektif karena ketiganya dapat dirasakan manfaatnya dalam kehidupan apabila merefleksi dalam diri manusia. Mempelajari filsafat juga memiliki kegunaan. Banyak hal yang bisa di dapat, diantaranya : (a) diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan sehingga menambah cakrawala pemikiran yang semakin luas dan dapat membantu penyelesaian masalah; (b) filsafat yang memuat ide-ide dapat membawa manusia menemukan kesadaran dalam segala tindakannya; (c) filsafat memberikan alternatif  dan arah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Seorang filosof bekerja dengan menggunakan perangkat berpikir analisis dan sintesis. Analisis adalah pemeriksaan secara konsepsional terhadap makna dan istilah yang kita pergunakan dalam pernyataan yang kita buat. Sedangkan sintesis adalah upaya mencari kesatuan dalam keragaman. Selain itu, para filosof juga menggunakan metode sebagai jalan piker dalam bidang keilmuan, antara lain : (i) metode kritis, dengan mengajukan pertanyaan secara terus menerus; (ii) metode intuitif, memakai symbol-simbol; (iii) metode analisis abstraksi, menganalisis dalam angan-angan (pikiran) hingga sampai pada hakikat.

BAB II FILSAFAT YUNANI

            Sebelum abad ke-6 SM, orang Yunani hidup dalam kepercayaan terhadap  mitos dan dongeng. Baru setelah abad ke-6 SM, muncul keadaan yang dinamakan demitologi, yang artinya suatu kebangkitan pemikiran untuk menggnakan akal pikir dan meninggalkan hal-hal yang berifat mitologi.


A.      Yunani Kuno, disebut periode filsafat alam karena arah pemikiran mereka kepada alam yang sifatnya mutlak. Beberapa tokoh-tokohnya yaitu :








                       YUNANI KUNO              Thales (625-545 SM), Anaximandros (640-546 SM),
Pythagoras (572-497 SM), Xenophanes (570-SM), Heraclitos (535-475 SM), Paramenides (540-475 SM), Zeno (490-430 SM), Empedocles (490-435 SM),
YUNANI            Anaxagoras (499-420 SM), Democritos (460-370 SM)

                         YUNANI KLASIK              Socrates (469-399 SM), Plato (427-347 SM),
                                                            Aristoteles (384-322 SM)

FILSAFAT HELLENISME
a.      Epicurisme,ajaranya bagaimana manusia dalam hidupnya bahagia yaitu harus memperoleh ketenangan jiwa,  tokohnya Epicurus (341-271 SM)
b.      Stoaisme, ajarannya kebahagian hidup manusia bisa dicapai dengan harmoni antara alam dengan dirinya, tokohnya Zeno (366-264 SM)
c.       Skeptisime, ajarannya manusia agar bahagia perlu untuk tidak mengambil keputusan, tokohnya Pyrrhe (360-270 SM)
d.      Neoplatonisme, pemikirannya Tuhan dianggap kebaikan tertinggi dan menjadi tujuan semua kehendak, tokohnya Plotinus dan Ammonius Saccas

BAB III FILSAFAT ABAD PERTENGAHAN (476-1492)


Ciri-ciri pemikiran filsafat : cara berfilsafat dipimpin gereja, berfilsafat di lingkungan ajaran Aristoteles, berfilsafat dengan pertolongan Agustinus dll.
A.      Masa Patristik, perbedaan pendapat para ahli pikir pemimpin gereja menimbulkan adanya kelompok yang menolak dan menerima filsafat Yunani. Beberapa tokoh pembela iman Kristen : Justinus Martir, Klemens (150-215), Tertullianus (160-222), Augustinus (354-430)
B.      Masa Skolastik, filsafat Nasrani yang mempunyai corak semata-mata agama. Terbagi menjadi tiga periode : skolastik awal (800-1200 M), skolastik puncak (1200-1300 M) dengan tokohnya Albertus Magnus (1203-1280) dan Thomas Aquinas (1225-1274), skolastik akhir (1300-1450 M) dengan tokohnya William Ockham (1285-1349) dan Nicolas Causasus (1401-1464), dan yang terakhir ada Skolastik Arab yang terbagi  menjadi Periode Mutakallimin (700-900) dan Periode Filsafat Islam (850-1200)
C.      Masa Peralihan, ditandai dengan munculnya Reneaissance, Humanisme, Reformasi



BAB IV PEMIKIRAN FILSAFAT DI TIMUR
A.      Filsafat India, terbagi menjadi lima zaman : Weda (1500-600 SM), Wiracarita (600-200 SM), Sastra Sutra (200 SM-1400 M), Kemunduran (1400-1800 M), Pembaharuan (1800-1950 M)
B.      Filsafat Tiongkok, aliran pemikiran filsafatnya adalah Confusianisme (ritual dan menguasai aspek keagamaan dan social, dan Taoisme
C.      Filsafat Islam, pembagiannya yaitu : Al-Khawarij, Murji’ah, Qadariyyah, Jabariyah, Mu’tazilah, yaitu pada periode 700-900 M
D.     Filsafat Indonesia, bentuk filsafat Indonesia yaitu lima sila Pancasila

BAB V FILSAFAT MODERN

Dimulai sekitar abad ke – 14 dan 15 dan dilanjutkan dengan filsafat abad ke-20. Berbgai aliran pemikiran yang muncul :
a.      Rasionalisme, pendirinya adalah Rene Descartes
b.      Empirisme, tokohnya adalah Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1932-1704)
c.       Empirisme, muncul abad ke-18 dan tokohnya adalah Isac Newton (1642-1727), Immanuel Kant (1724-1804)
d.      Idealisme, pelopornya J.G.Fichte (1762-1814), F.W.J.Scheling (1775-1854), G.W.F.Hegel (1770-1831), Schopenhauer (1788-1860)
e.      Positivisme, lahir pada abad ke-19 dengan tokoh-tokohnya : August Comte (1798-1857), John S.Mill (1806-1873), Herbert Spencer (1820-1903)
f.        Evolusionisme, tokohnya Charles Robert Darwin (1809-1882)
g.      Materialisme, tokoh-tokohnya : Julien de Lamettrie (1709-1751), Ludwig Feueurbach (1804-1872), Karl Heinrich Marx (1818-1883)
h.      Neo-Kantianisme, tokohnya : Wilhelm Windelband (1848-1915), Herman Cohen (1842-1924), Heinrich Reickhart (1863-1939)
i.        Pragmatisme, tokohnya William James (1842-1910)
j.        Filsafat Hidup, tokohnya Henry Bergson (1859-1941), John Dewey (1859-1952)
k.       Fenomenologi, tokohnya : Edmund Husserl (1839-1939) dan Max Scheler (1874-1928)
l.        Eksistensialisme, pelopornya : Soren Kierkegard (1813-1855), Martin Heidegger, J.P.Sartre, Karl Jaspers, Gabriel Marcel
m.    Neo-Thomisme, pada abad ke-19

BAB VI FILSAFAT DEWASA INI

A.      Filsafat Analitis, filsafat ini membahas analisis bahasa dan analisis konsep-konsep dengan tokohnya yaitu : Ludwig Josef Johan Wittgenstein (1889-1951)
B.      Strukturalisme, tokohnya adalah J.Lacan
Filsafat dewasa ini juga disebut filsafat Barat abad ke-20. Cirinya adalah desentralisasi manusia. Subjek manusia tidak lagi dianggap sebagai pusat kenyataan. Desentralisasi manusia adalah perhatian khusus terhadap bahasa sebagai subjek kenyataan kita sehingga pemikiran filsafat sekarang disebut logosentris.


BAB VII AKTUALISASI FILSAFAT
A.      Aktualisasi Filsafat Sebelum Ilmu
Syarat agar orang dapat mengaktualisasikan ilmu filsafat pertama-tama harus berpikiran positif. Dengan berpikir positif pikiran kita akan berkembang, konstruktif, edukatif, realistik, dan lebih bersemangat untuk meningkatkan kepedulian terhadap sesama. Bagi orang yang belajar ilmu filsafat hendaknya dapat berdialog dengan ilmu lainnya. Sehingga ilmu-ilmu lain tersebut dapat membantu dalam kerangka berpikir kita.
B.      Aktualisasi Filsafat Sebagai Cara Berpikir
Berpikir secara filsafat tidak hanya berpikir secara komprehensif, rasional, dan konsepsional saja, tetapi juga interdisipliner. Berpikir secara interdisipliner adalah berpikir dengan menggunakan ilmu-ilmu terkait yang dapat mendukung solusi suatu permasalahan. Jadi, aktualisasi filsafat sebagai cara berpikir adalah kemampuan berpikir sendiri, mampu melihat mana yang negatif dan mana yang positif, serta mampu membedakan mana yang baik dan buruk.
C.      Aktualisasi Filsafat Sebagai Pandangan Hidup
Dari berbagai ragam aliran pemikiran filsafat ada yang cocok dan tidak cocok dengan kepribadian bangsa Indonesia. Sehingga diperlukan sikap kritis dalam menghadapi berbagai ragam paham filsafat tersebut. Maka, dalam mempelajari filsafat jangan lupa mempelajari filsafat nilai.

D.     Aktualisasi Filsafat Sebagai Pemikiran yang Reflektif                                           

Cara membaca kepribadian dari tulisan tangan (Grafologi)


Bagaimana caranya membaca kepribadian tersebut melalui tulisan tangan, tapi yang yang akan aku jelaskan disini hanya garis besarnya saja, kalau begitu langsung saja di simak di bawah ini :

1. Arah kemiringan huruf
 Ke kanan = ekspresif, emosional
 Tegak = menahan diri, emosi sedang
 Ke kiri = menutup diri
 Ke segala arah dalam 1 kalimat = tidak konsisten
 Ke segala arah dalam 1 kata = ada masalah dengan kepribadiannya

2. Bentuk umum huruf-huruf
Bulat atau melingkar = alami, easygoing
Bersudut tajam = agresif, to the point, energi kuat
Bujur sangkar = realistis, praktik berdasar pengalaman
Coretan tak beraturan = artistik, tidak punya standar

3. Huruf-huruf bersambung atau tidak
Bersambung seluruhnya = sosial, suka bicara, dan bertemu dengan orang banyak.
Sebagian bersambung, sebagian lepas = pemalu, idealis yang agak sulit membina hubungan (terlebih hubungan spesial)
Lepas seluruhnya = berpikir sebelum bertindak, cerdas, seksama
4. Spasi antar kata
Berjarak tegas = suka berbicara (mungkin orang yang selalu sibuk)
Rapat seolah tidak berjarak = tidak sabaran, percaya diri, cepat bertindak
5. Jarak bertikal antar baris tulisan
Sangat jauh = terisolasi, menutup diri, bahkan mungkin anti sosial
Cukup berjarak sehingga huruf di baris atas tidak bersentuhan dengan baris di bawahnya = boros dan suka bicara
Berjarak rapat sehingga ujung bawah huruf 'y" , 'g', menyentuh ujung atas huruf 'h', 't' = organisator yang baik.
6.  Huruf 't'
     Letak palang pada huruf 't'
Cenderung ke kiri = pribadi waspada, tidak mudah percaya
Tepat di tengah = pribadi yang kurang orisinil, tapi sangat bertanggung jawab
Cenderung ke kanan = pribadi andal, teliti, dan mampu memimpin
    Adapun panjang kail  't' menunjukkan kemampuan potensial untuk mencapai target. Tinggi-rendah palang
    (-) pada kail 't'
Rendah = setting target lebih rendah dari kemampuan sebenarnya (kurang percaya diri atau pemalas)
Tinggi = setting target tinggi, tapi juga diimbangi oleh kemampuan
Di atas kail = setting target lebih tinggi dibanding kemampuan
7. Arah tulisan pada kertas
Naik/menanjak = energik, optimis, dan tegas
Tetap/lurus = perfeksionis dan sulit bergaul
Lurus = seorang yang tertekan atau lelah, kemungkinan menutup diri,
8. Tekanan saat menulis
    Makin kuat tekanan,, makin besar intensitas emosional penulisnya

9. Ukuran huruf
    Makin kecil huruf yang ditulis, maka makin besar tingkat konsentrasi si penulis, begitu pula sebaliknya.

10. Huruf 'O'
Adanya  rahasia ditunjukkan oleh lingkaran kecil pada huruf 'o'
Kebohongan ditunjukkan oleh lingkaran huruf 'o' yang mengarah ke kanan
yang di atas itu cuma garis besar nya saja sob, masih ada pengembangannya, contohnya kemiringan huruf, miringnnya biasa saja atau sangat miring bisa jadi perbedaan. Eh, lupa satu lagi, ilmu grafologi ini aku dapat dari buku karangan Dwi Sunar Prasetyo yang berjudul 'Bedah Lengkap Grafologi'.

Kata-kata Khalil Gibran


Aku Bicara Perihal Cinta

Apabila cinta memberi isyarat kepadamu, ikutilah dia,
Walau jalannya sukar dan curam.
Dan pabila sayapnva memelukmu menyerahlah kepadanya.
Walau pedang tersembunyi di antara ujung-ujung sayapnya bisa melukaimu.

Dan kalau dia bicara padamu percayalah padanya.
Walau suaranya bisa membuyarkan mimpi-mimpimu bagai angin utara mengobrak-abrik taman.
Karena sebagaimana cinta memahkotai engkau, demikian pula dia
kan menyalibmu.

Sebagaimana dia ada untuk pertumbuhanmu,
demikian pula dia ada untuk pemangkasanmu.
Sebagaimana dia mendaki kepuncakmu,
dan membelai mesra ranting-rantingmu nan paling lembut yang bergetar dalam cahaya matahari.

Demikian pula dia akan menghunjam ke akarmu,
dan mengguncang-guncangnya di dalam cengkeraman mereka kepada kami.
Laksana ikatan-ikatan dia menghimpun engkau pada dirinya sendiri.
Dia menebah engkau hingga engkau telanjang.
Dia mengetam engkau demi membebaskan engkau dari kulit arimu.
Dia menggosok-gosokkan engkau sampai putih bersih.
Dia merembas engkau hingga kau menjadi liar;
Dan kemudian dia mengangkat engkau ke api sucinya.
Sehingga engkau bisa menjadi roti suci untuk pesta kudus Tuhan.
Semua ini akan ditunaikan padamu oleh Sang Cinta,
supaya bisa kaupahami rahasia hatimu,
dan di dalam pemahaman dia menjadi sekeping hati Kehidupan.

Namun pabila dalam ketakutanmu,
kau hanya akan mencari kedamaian dan kenikmatan cinta.
Maka lebih baiklah bagimu,
kalau kaututupi ketelanjanganmu,
dan menyingkir dari lantai-penebah cinta.
Memasuki dunia tanpa musim tempat kaudapat tertawa,
tapi tak seluruh gelak tawamu,
dan menangis,
tapi tak sehabis semua airmatamu.

Cinta tak memberikan apa-apa kecuali dirinya sendiri,
dan tiada mengambil apa pun kecuali dari dirinya sendiri.
Cinta tiada memiliki,
pun tiada ingin dimiliki;
Karena cinta telah cukup bagi cinta.

Pabila kau mencintai kau takkan berkata,
TUHAN ada di dalam hatiku,
tapi sebaliknya, “Aku berada di dalam hati TUHAN”.
Dan jangan mengira kaudapat mengarahkan jalannya Cinta,
sebab cinta,
pabila dia menilaimu memang pantas,
mengarahkan jalanmu.

Cinta tak menginginkan yang lain kecuali memenuhi dirinya.
Namun pabila kau mencintai dan terpaksa memiliki berbagai keinginan,
biarlah ini menjadi aneka keinginanmu:
Meluluhkan diri dan mengalir bagaikan kali,
yang menyanyikan melodinya bagai sang malam.

Mengenali penderitaan dari kelembutan yang begitu jauh.
Merasa dilukai akibat pemahamanmu sendiri tenung cinta;
Dan meneteskan darah dengan ikhlas dan gembira.
Terjaga di kala fajar dengan hati seringan awan,
dan mensyukuri hari haru penuh cahaya kasih;
Istirah di kala siang dan merenungkan kegembiraan cinta yang meluap-luap;
Kembali ke rumah di kala senja dengan rasa syukur;
Dan lalu tertidur dengan doa bagi kekasih di dalam hatimu,
dan sebuah gita puji pada bibirmu.



Keagungan Cinta

Ketika air mata menitik di pipimu
Saat kau masih peduli terhadapnya
Dan dia tak lagi mempedulikanmu
Meski engkau masih setia menantinya

Manakala dia bisa mencintai selain dirimu
Namun kau tetap tersenyum bahagia
Dan terucap jujur dari mulut, lalu berkata
Aku turut bahagia dalam kebahagiaanmu

Jika cinta bertepuk sebelah tangan, lepaskan tanganmu
Terbang dan kepakkan sayapmu selebar angkasa biru
Arungi luas alam bebas, hingga kau dapati tempat berteduh
Tuk tentukan arah, temukan cinta yang pernah hilang
Senandung Cinta

Jiwa yang terkapar nada rindu mengusik kalbu
Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Nada kasih mengalir menembus sukma
Menyentuh batin mengalirkan sayang

Nyanyian yang tiada pernah tergores tinta
Sungguh…betapa segala resah mendesah
Bimbang mengguncang dalam ketidak-abadian
Untuk siapa nada ini kan menyapa

Di relung jiwa bersemayam segala rasa
Terhempas risau, melayang hilang
Menjelajah hati menjawab tanya
Hadir membayang dalam bayang-bayang
Getar ujung jemari kabarkan kehadirannya
Nyata terasa getaran dijiwa.
Bening air mata, berkaca-kaca
Bak air telaga yang memantulkan gemerlap bintang

Sendu merayu ditengah heningnya malam
Bercengkrama bersama titik-titik embun
Membongkar dinginnya kabut rahasia
Hingga kebenaran, datang menjelang

Nada lahir dari ujung renungan
Mengalun bersama kesunyian
Menepis semua kebisingan
Mengalir diantara mimpi dan bayangan

Adalah cinta terbawa nyata diantara alunan nada
Rindu memecah sepi, lantang bergemuruh menderu hati
Menabur mimpi, dalam hasrat menggebu di ujung rindu
Dibalik nada-nada cinta, aku menemukanmu

Kata Cinta


Cinta tidak akan memberikan apapun selain dirinya sendiri, dan cinta tidak akan menuntut apapun kecuali cinta itu sendiri.

Cinta tidak memiliki dan tidak memiliki, sebab cinta hanya untuk cinta

Jangan sekali-kali berpikir bahwa engkau akan mampu memilih jalan sendiri sebab cintalah yang akan menuntunmu kejalannya.

Jangan dikira bahwa cinta akan terbit dari keakraban dan kedekatan yang kukuh, melainkan cinta akan terbit jika ada benih keselarasan jiwa.

Tidak ada penderitaan yang lebih menyakitkan bagi seorang perempuan dibandingkan bila dirinya terjebak di hadapan seorang lelaki yang dicintainya dan seorang lelaki lain yang mencintainya.

Cinta yang tidak mendandani wajahnya setiap hari akan menjadi kelaziman sebelum kemudian menjadi perbudakan.

Cinta yang dibaluri nafsu birahi akan menjadi dahaga yang tak kunjung terobati.

Cinta akan menyelamatkan mahkota dan menaikkanmu menuju ujung-ujung rantingmu yang lentur gemulai dan menggiringmu ke wajah matahari.

Laksana setangkup gandum, cinta menyatukanmu dengan wujudnya, menyerutimu sampai engkau terbebas dari lapis luarmu, meleburmu demi memutihkanmu, menghancurkanmu sampai engkau menjadi liat dan akhirnya menuntunmu memasuki api sucinya.

Ikutilah cinta kalau dia memanggilmu sekalipun kau harus menempuh jalan yang terjal dan kasar, pasrahkan dirimu padanya kalau dia memelukmu, walaupun  pedang-pedang yang tersembunyi di balik sayap-sayapnya akan melukaimu.

Pesan Makrifat Nabi Hidir


Pesan Makrifat Nabi khidir

Pesan Makrifat Nabi Khidir ketika berpisah dengan Nabi Musa, dia (Musa) berkata, “Berilah aku wasiat”. Jawab Nabi Khidir : Wahai Musa, jadilah kamu orang yang berguna bagi orang lain, Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Janganlah kamu keras kepala atau bekerja tanpa tujuan. Apabila kamu mencela seseorang hanya karena kekeliruannya saja, kemudian tangisi dosa-dosamu, wahai Ibnu Imron! (Al Bidayah Wan Nihayah juz I hal. 329 dan Ihya’ Ulumuddin juz IV hal. 56).

1. “Wahai Musa”, jadilah kamu seorang yang berguna bagi orang lain.

Sebaik-baiknya manusia yang berguna bagi orang lain karena keberadaannya sangat dibutuhkan dan andaikata dia pergi, mereka merasa kehilangan sehingga yang akan dijadikan panutan tidak ada, dan sebagai penggantinya yang setaraf pun tidak ada.

2. Janganlah sekali-kali kamu menjadi orang yang hanya menimbulkan kecemasan diantara mereka sehingga kamu dibenci mereka. Kerukunan dan ketentraman lingkungan didambakan disetiap warga. Dan apabila ada seseorang yang membuat resah masyarakat yang menimbulkan kecemasan mereka, kepergiannya tidak akan dinantikan kedatangannya lagi. Dengan kepergiannya, masyarakat merasa tentram, keberadaannya disetiap yang ditempati selalu dibenci dan bahkan diusir.

3.  Jadilah kamu orang yang senantiasa menampakkan wajah ceria dan janganlah sampai mengerutkan dahimu kepada mereka. Muka cemberut dan kusam menunjukkan wajah atau hati sedih dan kurang senang pada keadaan. Terimalah apa adanya dengan senang hati, jalani saja kehidupan ini dengan ketabahan dan sabar, walaupun pahit dirasa. Kejadian apapun yang kita alami, pasti Allah akan memberikan hikmah dan pelajaran dibaliknya. Dengan demikian kesedihan pun sirna dengan sendirinya, dan wajah kelihatan berseri-seri tampaklah muka ceria.

4.   Janganlah kamu keras kepala, atau bekerja tanpa tujuan. Keras kepala adalah sifat yang harus disingkirkan jauh-jauh, karena bisa mengalahkan sifat-sifat baik lainnya, kalau sifat keras kepala masih mendominasi pada diri yang akibatnya dapat merugikan diri sendiri bekerja pun tak terarah dan sia-sia.

5.  Apabila kamu mencela seseorang, hanya karena kekeliruannya saja. Kemudian tangisi dosa-dosamu.

Menyalahkan orang lain atau mencela tidak diperbolehkan oleh Nabi Khidir karena beliau berlandaskan firman Allah dalam surat Al Insyiqaq ayat 19 : “Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kejadiannya)”.

Manusia diciptakan oleh Allah tingkat demi tingkat, salah satunya tingkat pemahaman belum berubah atau berbeda sebab yang dicela tingkat pemahamannya dibawah yang mencela, logislah yang mencela atau menyalahkan tidak dibenarkan. Orang kelas 3 kok disalahkan oleh orang kelas 5. Seharusnya  kelas 5 yang mengalah, dan harus tahu bahwa perbuatan itu kurang benar, segeralah mohon ampun kepada Allah dan jangan diulangi lagi.

Pesan ke Dua.

Diriwayatkan bahwa setelah Khidir akan meninggalkan Nabi Musa, dia (Khidir) berpesan kepadanya : Wahai Musa, pelajarilah ilmu-ilmu kebenaran agar kamu dapat mengerti apa yang belum kamu fahami, tetapi janganlah sampai kamu jadikan ilmu-ilmu hanya sebagai bahan omongan. (Riwayat Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Asakir).

Faham sesuatu ilmu bukan untuk modal berdebat, menonjolkan sesuatu faham yang berseberangan dan faham yang baru selesai dipelajarinya itu adalah yang paling benar sehingga bangga atas golongannya itu dan mengajak adu argument bahwa dialah yang paling benar sendiri, ini tidak dibenarkan sebab berdebat itu tidak diperbolehkan sebagaimana surat Al Baqarah ayat 139 :

“Katakanlah, apakah kamu memperdebatkan dengan kami tentang Allah, padahal Dia adalah Tuhan kami dan Tuhan kamu, bagi kami amalan kami, bagi kamu amalan kamu dan hanya kepada Nya kami mengikhlaskan hati”.

Berseberangan faham yang sudah diyakini tidaklah perlu diusik satu sama lain karena masing-masing sudah kokoh dalam keyakinannya hanya saja ajakan orang-orang yang masih ngambang atau yang belum iman.

Pesan ke tiga.

1.  Wahai Musa, sesungguhnya orang yang selalu memberi nasehat itu tidak pernah merasa jemu seperti kejemuan orang-orang yang mendengarkan.

Memberi nasehat kepada orang lain janganlah mengharapkan sesuatu imbalan apapun kecuali ridha Allah dan tugas menyampaikan. Tugas menyampaikan dan mensyiarkan agama Allah adalah tugas setiap umat muslim, firman Allah dalam surat Al Hajj ayat 32 mengatakan :

“Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagungkan syiar-syiar Allah maka sesungguhnya itu timbul dari ketaqwaan hati”.

Dan kita sendiri jangan merasa bosan-bosan untuk menengarkan para penceramah itu termasuk tholabul ilmi yang diwajibkan pada setiap muslim, walaupun ilmunya banyak.

2.   Maka janganlah kamu berlama-lama dalam menasehati kaummu.

Berilah nasehat singkat, padat, berisi dan yang penting tidak membosankan.

3.   Dan ketahuilah bahwa hatimu itu ibarat sebuah bejana yang harus kamu rawat dan pelihara dari hal-hal yang bisa memecahkannya.

Iman didalam hati belum tentu sudah kokoh tanpa djaga dan dirawat dan dipelihara karena lapisan luar hati masih dipenuhi oleh hawa nafsu yang selalu mengajak ke arah perbuatan yang kurang baik. Maka dari itu waspadalah dalam menjaga hati jangan sampai hati terpengaruh dari hasutan syaitan yang cara penyusupan penyerangannya lewat hawa nafsu. Begitu hati sudah terkena pengaruh hawa nafsu pecahlah hati ini. Dan hati-hatilah dalam menjaganya.

4.   Kurangilah usaha-usaha duniawimu dan buanglah jauh-jauh dibelakangmu, karena dunia ini bukanlah alam yang akan kamu tempati selamanya.

Dunia yang kita tempati ini tidaklah selamanya kita tempati dan setelah selesai hidup kitapun pindah di alam lain, maka kumpulkan amal kebajikan untuk modal menuai di akhirat nanti. Jangan buang-buang tempo, tanamlah amalmu untuk menggapai kebahagiaan di alam akhirat, apabila tidak ditanami amal kebajikan apa yang diambil disana kita akan rugi di dunia dan di akhirat. Waktu kita di dunia hanya sebentar, tidaklah lama sebagaimana keterangan surat An Naziyat ayat 46 :

“Pada hari mereka melihat hari kebangkitan itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) diwaktu sore atau di pagi hari”.

5.   Kamu diciptakan adalah untuk mencari tabungan pahala-pahala akhirat nanti.

Semua makhluk yang bernama manusia beramar ma’ruf nahi munkar. Mengerjakan amal yang baik untuk bekal di akhirat serta mencegah hal yang munkar untuk diri sendiri dan dilanjutkan kepada orang lain yang menjalani hal yang munkar yang dilarang.

6.  Bersikap ikhlaslah dan bersabar hati menghadapi kemaksiatan yang dilakukan kaummu.

Sabar dalam menghadapi kemaksiatan dilingkungannya, ini bukan berarti diam tetapi sabar dalam bentuk berusaha mencegah dan menggantikan dengan perbuatan yang baik. Apabila mengalami kesulitan, bersabarlah, mencari solusinya dan jalan keluar yang baik.

7.  Hai Musa, tumpahkanlah seluruh pengetahuan (ilmu) mu, karena tempat yang kosong akan terisi oleh ilmu yang lain.

Kewajiban manusia yang berilmu untuk membagi ilmunya kepada orang lain yang membutuhkan, bukan ilmu yang diberikan kepada orang lain itu habis tetapi malah sebaliknya justru bertambah banyak. Apa sebabnya?. Karena, ilmu yang kita berikan kepada orang lain dengan ikhlas dan ridha, Allah pun ridha menambah ilmu Nya kepada orang tersebut.

8.   Janganlah kamu banyak mengomongkan ilmumu itu, karena akan dipisahkan oleh kaum ulama’.

Membicarakan ilmu yang sudah dicapai dengan predikat ilmu mukasyafah dengan orang yang diluar kelompoknya yang masih dibawah jauh dari ilmu yang dicapai, maka akan terjadi kurang baik bagi dirinya juga bagi orang lain. Pendapat mengenai hal ini, Imam Al Ghozali mengatakan, Pengetahuan-pengetahuan yang begini yang hanya boleh dikemukakan melalui isyarat, tidak diperkenankan untuk diketahui setiap manusia. Begitulah halnya dengan orang yang berpengetahuan tersebut tersingkap padanya, dia tidak boleh mengungkapkannya kepada orang yang pengetahuan tersebut tidak tersingkap atasnya. (Sufi dari Z.Z. hal. 181).

9.  Maka bersikaplah sederhana saja, sebab sederhana itu akan menghalangi aibmu dan akan membukakan taufiq hidayah Allah untukmu.

Menjalani kehidupan dengan kesederhanaan ini berartisudah meninggalkan kehidupan keterikatan dengan keduniawian. Banyak tokoh-tokoh Sufi yang tadinya hidup dalam kemewahan ditinggalkannya untuk hidup dalam kesederhanaan. Dengan hidup sederhana hatinya tidak disibukkan dengan harta. Ibadah kepada Allah lebih tenang dan khusu’, dalam pendekatannya kepada Allah serasa tak mengalami kesulitan.

10. Berantaslah kejahilanmu dengan cara membuang sikap masa bodohmu (ketidak pedulian) yang selama ini menyelimutimu.

Menahan dan menyingkirkan sifat-sifat yang kurang baik bukan main susahnya kalau tidak dilandasi dengan dzikir kolbu, sebab dzikir kalbu dapat mengikis sifat-sifat yang kurang baik yang sekian lama membelenggu diri. Dengan dzikrullah yang dikerjakan di kalbu, disamping menghilangkan sifat-sifat yang kurang baik, sifat-sifat yang baik pun menguasai diri dan menambah ketenangan dan ketentraman hati.

11. Itulah sifat orang-orang arif dan bijaksana, menjadi rahmat bagi semua. Orang-orang arif identik dengan orang-orang Sufi, orang-orang Sufi kebanyakan adalah para wali Allah yang menjadi rahmat bagi semua orang.

12. Apabila orang bodoh datang kepadamu dan mencacimu, redamlah ia dengan penuh kedewasaan serta keteguhan hatimu. Meredam kemarahan orang yang memarahi di awali melatih penahanan hawa nafsu dan meredam keinginan hawa nafsu yang ingin bergolak. Setelah mampu meredam hawa nafsu, meredam amarah orang lain dengan kelembutan sifat dan keteguhan hati.

13. Hai putra Imron, kamu sadari bahwa ilmu Allah yang kamu miliki hanya sedikit. Ilmu yang dipunyai manusia itu hanya sedikit, itupun Allah lah yang memberinya sedangkan ilmu yang Allah miliki tak terhingga sebagaimana di surat Luqman 27: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

14. Sesungguhnya menutup-nutupi kekurangan yang ada pada dirimu atau bersikap sewenang-wenang adalah menyiksa diri sendiri. Menutupi kekurangan diri sendiri juga sama dengan menutup diri yang tidak mau menerima dari luar diri. Akhirnya kebodohan yang didapatkan sebaiknya sifat terbuka atau keterbukaan dari segala hal akan terbukalah hal-hal yang tersembunyi. Termasuk dapat terbukanya ilmu Allah maka jangan tutupi dirimu, terbukalah.

15. Janganlah kamu buka ilmu ini jika kamu tidak bisa menguncinya. Jangan pula kamu kunci pintu ilmu ini jika tidak tahu bagaimana membukanya, hai putra Imron. Membuka ilmu adalah tugas seorang guru, mursyid, atau pembimbing. Jadi beliau sudah mampu membuka dan menutup ilmu. Kenapa ilmu yang sudah dijalani oleh seorang murid ditutup?, disebabkan si murid ada kesalahan besar yang sudah tidak dapat diajak memperbaiki untuk meluruskan pelajaran ilmunya. Makanya harus ditutup, supaya dibelakang hari tidak ada permasalahan yang lebih besar lagi. Kalau tidak tahu cara menutup ilmu, jangan sekali-kali membukanya walau tahu cara membuka ilmu tersebut, sebab kalau nanti ada konflik dikemudian hari tidak akan merepotkan. Bisa saja ilmu yang baik ini diselewengkan.

16. Barang siapa yang menumpuk-numpuk harta benda, dia sendiri bakal mati tertimbun dengannya hingga dia merasakan akibat dari kerakusannya itu. Sebagaimana kisah kerakusannya Korun, dia seorang yang tamak terhadap harta tidak dipergunakan untuk perjuangan agama Allah, sehingga dia tertimbun hartanya.

17. Namun, semua hamba yang selalu mensyukuri karunia Allah serta memohon kesabaran atas ketentuan-ketentuan Nya, dialah hamba yang zuhud dan patut diteladani.

Orang-orang yang pandai mensyukuri nikmat Allah dan jangan dlolim atas nikmat pemberian Nya. Andai kata kita tidak mau mensyukuri nikmat atas pemberian dari Nya, Allah pun murka sebagaimana diterangkan dalam surat Ibrahim ayat 34 : “Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluan) dari segala apa yang kamu pohonkan kepada Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)”. Juga sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh Muslim mengatakan : “Dari Abi Yahya Shuhaib bin Sinan ra. berkata : Bersabda Rasulullah saw. sangat mengagumkan keadaan seorang mukmin sebab segala keadaannya untuk ia sangat baik dan tidak mungkin terjadi demikian kecuali bagi seorang mukmin, jika mendapat nikmat ia bersyukur, maka syukur itu lebih baik baginya dan bila menderita kesusahan ia bersabar, maka sabar itu lebih baik baginya”.

Dengan meninggikan sifat sabar serta mau menerima ketentuan-ketentuan yang baik bersyukur atas nikmat dari Nya, dan menerima ketentuan yang jelek diterimanya dengan ikhlas yang didasari dengan kesabaran, dan mohon pertolongan Nya.

18. Bukankah orang yang seperti itu mampu mengalahkan nafsu syahwatnya dan dapat memerangi bujuk rayu syaitan? Syaitan membujuk manusia sejak Nabi Adam as. diciptakan di surga, dia iri dengan Nabi Adam karena Nabi Adam diciptakan lebih sempurna dari dia, bahkan dia (iblis) disuruh bersujud kepada Nabi Adam tidak mau sebab menurut dia, dia lebih dahulu dan lebih tinggi dari Nabi Adam sa. karena dia tercipta dari api. Dengan tidak maunya iblis bersujud kepada Nabi Adam, diusirlah dia oleh Allah dari surga, dan disuruh menempati neraka selamanya. Iblis mau menerima itu tapi dia masih meminta tangguh dan dalam penangguhan itu meminta lagi untuk menggoda anak cucu Nabi Adam as. Dan hanya yang ikhlaslah iblis tidak dapat menggoda, sebagaimana firman Allah di surat Al Hijr ayat 30 – 42 : 30.

Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. 31. Kecuali iblis, ia enggan ikut bersama-sama (malaikat) yang bersujud itu. 32. Allah berfirman : Hai iblis, apa sebabnya kamu tidak (ikut bersujud) bersama-sama mereka yang bersujud itu? 33. Berkata iblis : Aku sekali-kali akan sujud kepada manusia yang Engkau telah menciptaka dari tanah liat kering (yang berasal) dari Lumpur hitam yang diberi bentuk. 34. Allah berfirman : Keluarlah dari surga, karena sesungguhnya kamu terkutuk. 35. Dan sesungguhnya kutukan itu tetap menimpamu sampai hari kiamat. 36. Berkata iblis : Ya Tuhanku, (kalau begitu) maka beri tangguhlah kepadaku sampai hari (manusia) dibangkitkan. 37. Allah berfirman : (kalau begitu) maka sesungguhnya kamu termasuk orang-orang yang diberi tangguh. 38. Sampai hari (suatu) waktu yang telah ditentukan. 39. Iblis berkata : Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) dimuka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka. 40. Kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis diantara mereka. 41. Allah berfirman : Inilah jalan yang lurus, kewajiban Aku lah (menjaganya). 42. Sesungguhnya hamba-hamba Ku tidak ada kuasa kekuasaan bagimu terhadap mereka kecuali orang-orang yang mengikuti kamu yaitu orang-orang yang sesat.

19. Dan Dia pula orang yang mengetam buah dari ilmu yang selama ini dicarinya. Sabda Rasulullah saw. dari Abu Darda ra. mengatakan : Barang siapa yang melalui suatu jalan untuk menuntut ilmu Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga. Dan para malaikat selalu meletakkan sayapnya untuk menaungi orang-orang yang menuntut ilmu, karena senang dengan apa yang mereka lakukan. Dan bagi orang-orang yang alim, dimintakan ampun untuknya oleh penduduk langit dan bumi serta oleh ikan-ikan yang ada di air. Dan keutamaan orang alim terhadap ahli ibadah (yang tidak memiliki ilmu) adalah bagaikan kelebihan sinar bulan atas bintang-bintang lainnya. Dan sesungguhnya ulama’ adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham (kekayaan dunia), akan tetapi mereka mewariskan ilmu. Maka barang siapa yang mengambil ilmu itu, berarti ia telah mengambil bagian yang sempurna. (HR. Dawud Tirmidzi). (Pesan-Pesan Rasulullah hal. 167- 168).

20. Segala amal kebajikannya akan dibalas dengan pahala di akhirat. Sekecil apapun amal kebajikan yang kita kerjakan di dunia, Allah akan membalasnya karena di dunia ini kita diwajibkan menanam amal sebanyak-banyaknya, surat Az Zalzalah ayat 7 menerangkan : “Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasan) nya”.

21. Sedangkan kehidupan dunianya akan tentram ditengah-tengah masyarakar yang merasakan jasanya. Jasa seorang pahlawan dikenang sepanjang masa oleh takyat..

22.Hai Musa, pelajarilah olehmu ilmu-ilmu pengetahuan agar kamu dapat mengetahui segala yang belum kamu ketahui, misalnya masalah-masalah yang tidak bisa diomongkan atau dijadikan bahan pembicaraan saja. Ilmu yang tidak bisa diomongkan itu ada beberapa macam antara lain penyampaiannya memakai bahasa isyarat, bahasa gerak, bahasa perlambang, bahasa kias, dan bahasa simbolis. Ada juga yang memakai bahasa kalbu, ada lagi cara penyampaiannya lewat mimpi dan yang setengah sadar. Menerima pelajaran seperti itu semua memang tidak bisa diomongkan kepada orang yang belum bisa memahaminya. Mempelajari ilmu yang seperti itu dimulai dengan dzikir kalbu dan menghidupkan perasaan antara lain, perasaan lahiriyah / fisik, perasaan akal / otak, perasaan kalbu / hati, serta menghidupkan perasaan indra-indra dhohiriyah maupun indra-indra batiniyah.

23. Itulah penuntun jalanmu dan orang-orang akan disejukkan oleh hatimu.

Menjadi seorang penuntun yang diawali dari dituntun oleh seorang yang sudah ahlinya. Karena kita ini ditunggu oleh mereka maka persiapkan dirimu untuk mereka. Sebab keberadaan sang penuntun ditengah-tengah mereka hatinya merasa tentram.

24. Hai Musa putra Imron, jadikanlah pakaianmu bersumber dari dzikir dan fakir serta perbanyaklah amal kebajikan.

Pakaian taqwa adalah yang paling baik untuk dipakai, dzikir adalah sarana pokok dalam kekokohan taqwa, buahnya dzikir itu bertafakkur. Ketafakkuran menghasilkan perenungan yang di amalkan dalam keseharian berbakti kepada Allah swt.

25. Suatu hari kamu tidak dapat mengelak dari kesalahan, maka pintalah ridha Allah dengan berbuat kebajikan, karena pada saat-saat tertentu akalmu pasti melanggar larangan Nya.

26. Sekarang telah kupenuhi kehendakmu untuk memberi pesan-pesan kepadamu.

27. Omonganku ini tidak akan sia-sia apabila kamu mau menurutinya.

Setelah itu Khidir meninggalkan Nabi Musa yang duduk termenung dalam tangis kesedihan. (Kisah Khidir dan 9 Tokoh Sufi oleh ABU KHALID MA. Pustaka Agung Surabaya).

Andaikata kita baca sekali lagi pesan-pesan Nabi Khidir, akan ditujukan kepada diri kita sendiri apa yang kita rasakan dan apa yang kita lakukan terhadap pesan-pesan itu. sengaja pesan-pesan itu diberi nomor dari kalimat per kalimat supaya mudah untuk menjelaskan dari pesan-pesan itu.

Dibutuhkan waktu dan penelaahan yang serius serta memakai kaca mata batin yang paling dalam serta  pemahaman tersendiri untuk dapat melaksanakan pesan-pesan Nabi Khidir as..