Ada yang mengatakan bahwa antara ilmu, filsafat dan
agama memiliki hubungan. Namun demikian, tidak menafikan terhadap pandangan
bahwa satu sama lain merupakan ‘sesuatu’ yang terpisah; di mana ilmu lebih
bersifat empiris, filsafat lebih bersifat ide dan agama lebih bersifat
keyakinan. Agama bukan hanya usaha untuk mencapai kesempurnaan, bukan pula
moralitas yang tersentuh emosi.
Agama bergerak dari individu ke masyarakat. Dalam
geraknya menuju pada realitas penting yang berlawanan dengan keterbatasan
manusia.
Baik ilmu maupun filsafat atau agama, bertujuan
(sekurang-kurangnya berurusan dengan hal yang sama), yaitu kebenaran. Ilmu
pengetahuan dengan metodenya sendiri mencari kebenaran tentang alam dan
manusia. Filsafat dengan wataknya sendiri pula menghampiri kebenaran, baik
tentang alam, manusia dan Tuhan. Demikian pula agama, dengan karakteristiknya
pula memberikan jawaban atas segala persoalan asasi yang dipertanyakan manusia
tentang alam, manusia dan Tuhan.
Masih menurutnya, baik ilmu maupun filsafat,
keduanya hasil dari sumber yang sama, yaitu ra’yu manusia (akal, budi, rasio,
reason, nous, rede, vertand, vernunft). Sedangkan agama bersumberkan wahyu dari
Allah. Ilmu pengetahuan mencari kebenaran dengan jalan penyelidikan (riset,
research), pengalaman (empirik) dan percobaan.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara
mengembarakan atau mengelanakan akal budi secara radikal dan integral serta
universal tidak merasa terikat dengan ikatan apapun, kecuali oleh ikatan
tangannya sendiri bernama logika.
Kebenaran ilmu pengetahuan adalah kebenaran positif
(berlaku sampai dengan saat ini), sedangkan kebenaran filsafat adalah kebenaran
spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan
eksperimental).
Baik kebenaran ilmu maupun kebenaran filsafat
bersifat nisbi (relatif), sedangkan kebenaran agama bersifat mutlak (absolut),
karena agama adalah wahyu yang di turunkan Dzat Yang Maha Benar, Maha Mutlak
dan Maha Sempurna. Baik ilmu maupun filsafat, kedua-duanya dimulai dengan sikap
sangsi atau tidak percaya. Sedangkan agama dimulai dengan sikap percaya dan
iman.
Adapun titik singgung, adalah perkara-perkara yang
mungkin tidak dapat dijawab oleh masing-masingnya, namun bisa dijawab oleh
salah satunya. Gambarannya, ada perkara yang dengan keterbatasan ilmu
pengetahuan atau spekulatifnya akal, maka keduanya tidak bisa menjawabnya.
Demikian pula dengan agama, sekalipun agama banyak menjawab berbagai persoalan,
namun ada persoalan-persoalan manusia yang tidak dapat dijawabnya. Sementara
akal budi, mungkin dapat menjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar